Senin, 27 Juni 2022

 B. Menghindari Sifat Durhaka Melalui Kisah Kan’an 

    Kan’an adalah putra Nabi Nuh yang tidak mau taat terhadap orangtuanya, meskipun ayahnya seorang Nabi. Nabi Nuh As. diangkat menjadi Rasul ketika berusia 500 tahun. Namun dalam dakwahnya selama lima abad tersebut beliau hanya mempunyai pengikut sebanyak 80 orang. Kaumnya sangat sulit untuk diajak beriman kepada Allah Swt. mereka sangat aneh membuat perahu besar di daerah yang tandus dan kesulitan untuk mendapatkan air. Ejeken terhadap Nabi Nuh bukan hanya datang dari kaumnya tetapi putranya sendiri yang bernama Kan’an pun. Karena melaksanakan perintah Allah, Nabi Nuh tetap mengerjakan pembuatan perahu itu hingga selesai. 

    Setelah pembuatan perahu itu selesai Allah menurunkan hujan. Secara perlahan hujan mulai menggenangi seluruh daratan. Nabi Nuh As. mengajak putranya untuk naik ke atas kapal bersama kaum yang lainnya. Namun Kan’anbeserta sebagian besar kaumnya masih tetap mengabaikan ajakan Nabi Nuh As. Hanya kaum yang beriman yang mau masuk ke dalam kapal itu. Hujan tak kunjung berhenti sampai akhirnya terjadi banjir yang sangat hebat dengan ketinggian air yang hampir sama dengan ketinggian gunung. Di saat itulah Nabi Nuh tetap memanggil-manggil Kan’an agar bergabung dengan kaumnya yang beriman dan masuk ke dalam perahunya. Dengan keras hati Kan’an justru menjauh dari perahu Nabi Nuh dan berlari ke puncak gunung yang paling tinggi. Namun hujan semakin deras dan membuat air semakin tinggi hingga menenggelamkan gunung tersebut. Maka tenggelamlah Kan’an bersama orang-orang yang tidak mau beriman kepada Allah. 

    Kisah ini merupakan contoh seorang anak yang tidak mau patuh terhadap orangtuanya sampai celaka di akhir hayatnya. Peristiwa tersebut harus dapat dijadikan peringatan bagi kita agar jangan sampai menjadi anak yang durhaka terhadap kedua orangtua. Setiap orangtua selalu menginginkan kebaikan bagi anak-anaknya. Karenanya anak harus hormat dan patuh kepada orangtuanya,agar hidupnya selamat di dunia dan akhirat. 

    Nabi Nuh As. berdoa agar Allah menurunkan azab. Allah mengabulkan doanya dan memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat perahu. Rencana Nabi Nuh membuat perahu menimbulkan ejekan dari kaumnya karena menurutmereka sangat aneh membuat perahu besar di daerah yang tandus dan kesulitan untuk mendapatkan air. Ejeken terhadap Nabi Nuh bukan hanya datang dari kaumnya tetapi putranya sendiri yang bernama Kan’an pun. Karena melaksanakan perintah Allah, Nabi Nuh tetap mengerjakan pembuatan perahu itu hingga selesai. Setelah pembuatan perahu itu selesai Allah menurunkan hujan. 

    Secara perlahan hujan mulai menggenangi seluruh daratan. Nabi Nuh As. mengajak putranya untuk naik ke atas kapal bersama kaum yang lainnya. Namun Kan’an beserta sebagian besar kaumnya masih tetap mengabaikan ajakan Nabi Nuh As. Hanya kaum yang beriman yang mau masuk ke dalam kapal itu. Hujan tak kunjung berhenti sampai akhirnya terjadi banjir yang sangat hebat dengan ketinggian air yang hampir sama dengan ketinggian gunung. Di saat itulah Nabi Nuh tetap memanggil-manggil Kan’an agar bergabung dengan kaumnya yang beriman dan masuk ke dalam perahunya.

    Dengan keras hati Kan’an justru menjauh dari perahu Nabi Nuh dan berlari ke puncak gunung yang paling tinggi. Namun hujan semakin deras dan membuat air semakin tinggi hingga menenggelamkan gunung tersebut. Maka tenggelamlah Kan’an bersama orang-orang yang tidak mau beriman kepada Allah. https://islamidia.com/ Kisah ini merupakan contoh seorang anak yang tidak mau patuh terhadap orangtuanya sampai celaka di akhir hayatnya. Peristiwa tersebut harus dapat dijadikan peringatan bagi kita agar jangan sampai menjadi anak yang durhaka terhadap kedua orangtua. Setiap orangtua selalu menginginkan kebaikan bagi anak-anaknya. Karenanya anak harus hormat dan patuh kepada orangtuanya,agar hidupnya selamat di dunia dan akhirat.

KISAH KAN’AN

 A. Durhaka kepada Orangtua 

    Dalam ajaran Islam dikenal dua istilah akhlak yaitu akhlak mahmudah(akhlak terpuji) dan akhlak mazmumah (akhlak tercela). Salah satu contoh akhlak tercela adalah durhaka kepada orangtua. Dalam al-Qur’an Surah al-Isra’ ayat 23 Allah berfirman: 

فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

Artinya: “maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS. Al-Isra' [17]:2)

    Nabi Muhammad Saw. berpesan Yang artinya: “Keridhaan Allah tergantung keridhaan orangtua dan kemurkaan Tuhan tergantung kemurkaan orangtua” (HR. Bukhari) Dengan demikian kita sebagai orang Islam harus taat dan berbakti kepada kedua orangtua selama mereka mengajak untuk kebaikan. Membantah dan berkata kasar kepada kedua orangtua merupakan perbuatan tercela. Anak yang durhaka kepada orangtuanya akan mendapatkan azab di dunia dan akhirat. 

Contoh dan bentuk durhaka kepada orangtua: 

1. merendahkan orangtua, menghina dan mengejeknya 

2. memerintah orangtua diluar hal yang wajar 

3. berkata “ah” dan tidak memenuhi panggilan orangtua 

4. tidak mengurusi orangtua dan lebih mementingkan orang lain 

Menghindari Sifat Durhaka Melalui Kisah Kan’an



 B. Adab Terhadap Lingkungan 

    Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda lain yang tak bernyawa. Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia dalam kedudukannya sebagai khalifah Allah di muka bumi ini.  Kekhalifahan menuntut adanya hubungan antara manusia dengan sesamanya, dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Dalam pandangan akhlak Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar. Hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti setiap manusia dituntut harus mampu memahami kejadian-kejadian yang sedang berjalan atau semua peristiwa yang sedang terjadi. Yang demikian itu akan membentuk pribadi manusia yang bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain, "Setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri." Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah Swt. dan menjadi milik-Nya. Semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan seorang muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah makhluk Tuhan yang harus diperlakukan secara baik. Firman Allah Swt. dalam surat al Ḥijr ayat 19 dan 20: 

وَاْلاَرْضَ مَدَدْنٰهَا وَاَلْقَيْنَا فِيْهَا رَوَسِىَ وَاَنْبَتْنَا فِيْهَا مِنْ كُلِّ سَيْئٍ مَوْزُوْنٍ. وَجَعَلْنَالَكُمْ فِيْهَا مَعٰيِسَ وَمَنْ لَسْتُمْ لَهُ بِرٰزِقِيْنَ.

Artinya: “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan Kami pancangkan padanya gunung-gunung serta Kami tumbuhkan di sana segala sesuatu menurut ukuran (19). Dan Kami telah menjadikan padanya sumber-sumber kehidupan untuk keperluanmu, dan (Kami ciptakan pula) makhluk-makhluk yang bukan kamu pemberi rezekinya (20). (QS. Al-Hijr [15]:19-20) 

1. Adab terhadap Binatang 
    Binatang adalah makhluk hidup yang mempunyai beberapa kesamaan dengan manusia. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya binatang juga memerlukan makan sehari-hari, tempat berlindung yang aman dan nyaman dari berbagai gangguan dan ancaman dari makhluk yang lainnya. Lingkungan yang dibutuhkan binatang hampir sama seperti yang dibutuhkan manusia. Mereka juga hidup saling bergantung dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Manusia yang diberikan kelebihan oleh Allah berupa akal dan keterampilan yang lebih baik dari binatang, harus bisa menjaga dan melestarikan binatang disekitarnya dengan baik. Manusia sebagai makhluk yang mempunyai akal sempurna, pikiran dan perasaannnya harus bisa memberikan perlindungan yang baik kepada binatang, terutama kepada hewan-hewan yang dilindungi negara. Sikap perlindungan itu bisa ditunjukkan dengan cara diantaranya adalah tidak merusak lingkungan tempat tinggal hidup binatang, selalu menjaga kelestarian lingkungan sekitar sehingga habitatnya akan terpelihara dengan baik. Agama Islam mengajarkan kita untuk berperilaku islami terhadap binatang dan tumbuhan. Bahkan Rasulullah Saw. juga secara tegas melarang kita menyiksa binatang atau memperlakukan binatang semena-mena. 

 Adapun adab islami yang dapat kita lakukan terhadap binatang di antaranya : 

 Memperlakukan binatang dengan penuh kasih sayang, misalnya memberinya makan, minum dan merawatnya jika sakit. 
 Melindungi binatang yang dilindungi negara seperti: komodo, gajah, jerapah, dan burung cendrawasih. 
 Tidak menyiksa binatang untuk kepuasan pribadi. 
 Jika menyembelih binatang hendaknya dengan pisau tajam dan sesuai dengan syariat Islam. 
 Menjaga ekosistem sebagai tempat hidup binatang. 
 Menjaga binatang dan tidak menyakitinya. 
 Tidak menyiksa dan tidak menjadikannya sebagai hewan aduan.

     Jika kita mampu menyayangi binatang dengan baik, itupun akan berakibat baik terhadap kita sendiri. Jika kita dapat menjaga binatang-binatang tersebut, maka generasi kita yang akan datang tidak hanya dapat melihat gambarnya, tetapi juga dapat melihat langsung binatang-binatang tersebut. 


2. Adab terhadap Tumbuhan 
     Allah Swt. memberikan kita tanah yang subur. Setiap benih yang kita tanam dapat tumbuh dengan baik. Setiap pohon yang kita tanam, akan tumbuh dengan subur dan lebat daunnya. Bermacam-macam buah dapat kita peroleh dengan mudah, termasuk sayur-sayuran yang dengan mudah dapat dibudidayakan. Ini semua adalah kemurahan Allah Swt. yang diberikan kepada kita. Tumbuh-tumbuhan sangat bermanfaat bagi kita. Pada siang hari yang panas, akan terasa segar apabila berada di bawah pohon yang rindang. Semua itu disebabkan karena tumbuhan sedang melakukan proses fotosintesis pada siang hari. Tumbuhan menghisap karbondioksida dan mengeluarkan oksigen. Oksigen dibutuhkan manusia dan hewan untuk bernafas. Ternyata banyak manusia yang kurang pandai bersyukur. Ia terlalu serakah. Keserakahannya sering menimbulkan kerusakan. Hutan yang dulunya sangat lebat dan terjaga, mulai banyak yang gundul. Para penebang hutan dengan seenaknya merusak kawasan yang seharusnya dilindungi. Padahal Allah telah mengingatkan kita akan akibat dari kerusakan yang diperbuat manusia. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Surah ar-Rum ayat 41:
 

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْن

Artinya: ”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar-Rum ayat : 41) Keinginan dan keserakahan beberapa orang saja dapat mangakibatkan bencana yang sangat dahsyat. Setiap saat kita mendengar ada musibah dan bencana alam menimpa manusia yang tidak berdosa akibat ulah mereka. Di antara bencana yang terjadi adalah: 
1. Tanah longsor 
    Hutan yang dulunya sangat lebat dengan pohon-pohon yang besar dan menjulang tinggi sudah banyak ditebangi untuk dijual. Bukit-bukit yang ada sekarang tinggallah tanah yang gundul. Ketika hujan lebat, tanah yang ada di bukit tersebut tidak punya kekuatan untuk menahan derasnya air. Tanah longsor pun tidak dapat dihindarkan. 
2. Kebakaran hutan 
    Banyak orang yang melakukan perambahan hutan dan membakarnya untuk membuka lahan baru. Padahal asapnya sangat mengganggu dan terkadang sampai ke negara tetangga. Asap yang dihirup manusia itu sangat berbahaya bagi paru-paru. Tidak sedikit orang yang terganggu pernapasannya karena menghirup asap tersebut. 
3. Banjir 
    Kita sering menyaksikan di TV atau media massa lainnya terjadinya banjir di mana-mana. Semua itu disebabkan resapan air yang makin berkurang dengan banyaknya penggundulan hutan. Tumbuhan yang berfungsi menyerap air dan menahan tanah sudah sangat berkurang jumlahnya. Keseluruhan air tidak dapat meresap ke dalam tanah sehingga menyebabkan terjadinya banjir. 
4. Kekeringan 
    Bencana ini kebanyakan terjadi di musim kemarau. Tanah yang gundul tidak akan mampu menahan air. Jika musim kemarau tiba, air yang ada di dalam tanahpun segera hilang. Akhirnya, tanah menjadi kering dan sulit untuk ditanami. Akibatnya, masyarakat tidak akan dapat merasakan hasil panennya karena tanahnya tidak dapat ditanami. 
5. Tanah tandus 
    Banyak lahan yang tandus dan tidak bisa digarap lagi. Hal ini banyak tejadi di tempat-tempat pertambangan. Setelah mengeruk habis sumber daya alam yang ada di dalamnya, kemudianditinggalkan begitu saja tanpa ada usaha untuk memperbaikinya. Allah Swt. memerintahkan kita untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar dengan cara menjaga tanaman dan pepohonan yang ada di sekitar kita. Allah Swt. telah memberikan peringatan berupa peristiwa bencana alam yang terus-menerus terjadi di muka bumi ini, jika manusia tidak mengindahkan lingkungan dengan sebaik-baiknya. Dalam al-Qur’an Surah al-An'am ayat 38, Allah Swt. menegaskan : 

وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا طٰۤىِٕرٍ يَّطِيْرُ بِجَنَاحَيْهِ اِلَّآ اُمَمٌ اَمْثَالُكُمْ ۗمَا فَرَّطْنَا فِى الْكِتٰبِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ يُحْشَرُوْنَ

Artinya: “Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan. (QS. Al-An'ām[6]:38) 
    Dengan demikian jelaslah bahwa binatang melata dan burung-burung pun adalah umat seperti manusia juga, sehingga semuanya tidak boleh dianiaya atau disakiti. Artinya tumbuhan dan binatang yang ada di sekitar kita harus dipelihara dan dijaga dengan sebaik-baiknya agar terhindar dari sikap menyakiti dan menelantarkannya. Kita harus berusaha menyelamatkan mereka dari kepunahan. 


ADAB TERHADAP TETANGGA DAN LINGKUNGAN

 A. Adab Hidup Bertetangga 

1. Arti Hidup Bertetangga  

    Tetangga adalah orang–orang yang tinggalnya berada di sekitar kita baik yang seagama maupun yang berlainan agama, berlainan suku, maupun berlainan status sosial ekonomi. Dengan keragaman suku, agama, dan status sosial, kita tidak boleh membeda-bedakan di antara mereka agar terjalin hubungan yang harmonis, saling menghormati sehingga terbina kerukunan hidup bertetangga. Sesuai dengan sabda Rasulullah Saw yang artinya Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah memuliakan tetangga.”(HR. Bukhari dan Muslim)

2. Adab Hidup Bertetangga 

    Tetangga merupakan saudara terdekat dengan kita dibandingkan dengan saudara-saudara kita yang masih mempunyai hubungan darah dan berjauhan rumah. Tetangga lebih tahu keberadaan kita setiap hari dibandingkan saudara-saudara kita yang jauh tempatnya. Oleh karena itu kita harus tahu bagaimana adab hidup bertetangga yang baik, agar terjalin hubungan yang harmonis. Pelajari adab hidup bertetangga berikut! 

a. Selalu berbuat baik dengan tetangga, sebagaimana sabda Rasulullah Saw. dibawah ini: Artinya : “Sebaik-baik sahabat di sisi Allah, orang yang paling baik (perilakunya) bagi sahabatnya dan sebaik-baik tetangga adalah orang yang baik (akhlaqnya) terhadap tetangganya”. 

b. Memberi kenyamanan hidup tetangga, sebagaimana sabda Rasulullah Saw. di bawah ini yang artinya: “Demi Allah tidak beriman, “Demi Allah tidak beriman, “Demi Allah tidak beriman. Para shahabat bertanya siapakah mereka wahai Rasulullah? Yaitu orang yang tidak memberikan rasa aman bagi tetangganya dari kejahatan dirinya”. 

c. Tidak menyakiti tetangga 

Nabi Muhammad Saw. bersabda yang artinya“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia tidak menyakiti tetangganya” (HR. Bukhari) 

d. Tidak menyebarkan rahasianya 

Memberikan ucapan syukur baginya dalam kesenangan dan menghiburnya dalam kesusahan. Memberikan bantuan kepada mereka apabila kekurangan. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:“Bukanlah seorang yang mukmin orang yang merasa kenyang sementara tetangganya kelaparan di sampingnya”. 

e. Saling menasihati, mengarahkannya pada kebaikan, menyerunya pada perbuatan ma’ruf dan mencegahnya dari kemungkaran. 

f. Saling bersilaturrahmi 

g. Menjenguk mereka ketika sakit. 


 C. Tolong Menolong 

    Tolong menolong artinya saling menolong atau saling memberikan pertolongan. Orang yang suka menolong, suatu saat pasti ditolong oleh orang lain bila menghadapi musibah atau kesulitan. Tolong menolong diperlukan dalam hal kebaikan dan takwa. 

Ciri-ciri orang yang memiliki sikap tolong menolong adalah: 

1. memiliki hati yang halus, sopan dalam tingkah laku dan tidak tinggi hati, congkak dan sombong, 

2. memiliki perasaan yang peka terhadap lingkungan sekitar, ia tidak saja mencintai dirinya sendiri dan keluarganya tetapi juga mencintai orang lain yang mendapat kesulitan, 

3. selalu memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan bantuan sekalipun tanpa diminta, 

4. Setiap membantu orang lain didasari perasaan ikhlas dan tidak mengharapkan imbalan (tidak pamrih). Jika kita mau memberikan bantuan kepada orang lain, maka suatu ketika kita memerlukan bantuan, maka orang lain pun akan membantu kita. Adanya tolong menolong akan mendatangkan banyak keuntungan atau hikmah. 

Hikmah bersikap tolong menolong adalah: 

1. disenangi, dihormati dan dikagumi oleh semua orang 

2. memiliki banyak sahabat dan saudara 

3. orang yang suka menolong apabila mengalami kesulitan atau musibah, banyak yang turut memberi bantuan dengan ikhlas, sekalipun tanpa diminta. 

4. dicintai Allah, dimudahkan segala urusannya oleh Allah, dan Allah Swt. akan memberinya rezeki yang mengalir dari segala arah dan tak disangka-sangka. 

Akibat tidak memiliki sifat tolong menolong adalah: 

1. dianggap sebagai orang yang sombong sehingga dijauhi banyak orang dan terkucilkan 

2. apabila ia mengalami kesulitan atau musibah, tidak ada yang mau membantu, andaikata ada yang membantu karena terpaksa dan tidak ikhlas 

3. berkah rezekinya dikurangi oleh Allah, sehingga hidupnya tidak bisa tenang dan selalu gelisah 

4. hilangnya rasa kebersamaan diantara teman. 


 B. Pemberani 

    Pemberani (asy-syaja'ah) adalah bersedia bertanggung jawab atas segala perbuatannya dengan pikiran yang jernih serta harapan yang tidak putus. Keberanian tanpa pikiran yang jernih dan tanpa harapan adalah nekad atau membabi-buta. 

    Syaja'ah bukannya sifat yang tidak pernah takut, tetapi syaja'ah adalah sifat yang dapat mengatasi rasa takut. Dengan sifat ini rasa takut itu dapat dikendalikan dan bahaya dari hal yang ditakuti itu dapat diperkecil atau dihindari. Oleh karena itu orang yang mempunyai sifat syaja'ah memiliki ketenangan hati dan kemampuan mengolah sesuatu dengan pikiran tenang. Sikap pemberani diperlukan dalam hal kebaikan, seperti memperjuangkan hak, melaksanakan tugas dan kewajiban, memperjuangkan cita-cita, mempertahankan dan membela kebenaran. 

   Menurut Ibnu Miskawaih, sifat Syaja'ah mengandung keutamaan￾keutamaan sebagai berikut : 

1. berjiwa besar, yaitu sadar akan kemampuan diri dan sanggup melaksanakan pekerjaan besar  yang sesuai dengan kemampuannya. Bersedia mengalah dalam persoalan kecil dan tidak penting. Menghormati tetapi tidak silau kepada orang lain. 

2. tabah, yaitu tidak segera goyah pendirian, bahkan setiap pendirian keyakinan dipegangnya dengan mantap. 

3. keras kemauan, yaitu bekerja sungguh-sungguh dan tidak berputus asa serta tidak mudah dibelokkan dari tujuan yang diyakini. 

4. ketahanan, yaitu tahan menderita akibat perbuatan dan keyakinannya. 

5. tenang, yaitu berhati tenang, tidak selalu menuruti perasaan (emosi) dan tidak lekas marah. 

6. kebesaran, yaitu suka melakukan pekerjaan yang penting atau besar. 



Ulangan Akhir Semester

Password 12345   Memuat…