Rabu, 30 Maret 2022

Kisah Nabi Ismail As

 A. Kisah Nabi Ismail As. 

    Nabi Ismail As. adalah putra Nabi Ibrahim As. bersama istri beliau yaitu Hajar. Pada saat masih bayi, Allah Swt. memerintahkan Nabi Ibrahim As. untuk menempatkan Hajar beserta bayinya Ismail di suatu lembah yang sangat tandus di tanah Makkah. Nabi Ibrahim As. membawa Hajar dan putranya ke tempat tersebut dan meninggalkannya. 

    Setelah perbekalan yang dibawa Hajar habis, Hajar mencari kemana-mana, namun tidak mendapatkan hasil. Hajar melihat ke arah Safa. Ia berlari-lari ke bukit Safa. Sepertinya di tempat itu terlihat ada air, tetapi ternyata ia tidak mendapatkan air. Kemudian, ia melihat ke arah Marwah. Sepertinya terlihat ada air di Marwah, ternyata juga tidak didapatkan air. Hal tersebut dilakukan Hajar sebanyak tujuh kali. 



    Atas peristiwa tersebut, Allah Swt. mengutus Malaikat Jibril, untuk menyuruh Ismail yang masih bayi, menjejakkan kakinya ke pasir. Setelah itu, dengan izin Allah Swt. keluarlah air yang sangat jernih. Mengetahui hal tersebut, Hajar mengumpulkan air yang keluar dengan mengatakan zamzam. Setelah peristiwa itu, banyak kafilah dagang yang mampir dan meminum air zamzam. Akhirnya, tempat tersebut menjadi ramai. 

    Nabi Ibrahim As. kembali ke Makkah untuk tinggal bersama Hajar dan Ismail. Setelah Ismail mencapai masa kanak-kanak, Nabi Ibrahim As. mendapat wahyu melalui mimpinya untuk mengurbankan putranya yang bernama Ismail. Setelah diutarakan mimpinya, Ismail menyuruh ayahnya untuk segera melaksanakan perintah Allah Swt. tersebut dan menerimanya dengan ikhlas. Akhirnya, Nabi Ibrahim As. membawa Ismail ke suatu lembah, untuk melaksanakan perintah Allah Swt.  

    Pada saat proses itu dilaksanakan, terjadilah suatu keajaiban, Ismail diganti oleh Allah Swt. dengan seekor domba yang sangat besar. Nabi Ibrahim As. dan Ismail putranya bersyukur kepada Allah Swt. dan membawa domba tersebut untuk dibagi-bagikan dagingnya kepada masyarakat. 

    Setelah Ismail menginjak usia dewasa, Nabi Ibrahim As. mendapat perintah dari Allah Swt. untuk menbangun Ka’bah. Setelah bangunan Ka’bah tinggi, Nabi Ibrahim As. menyuruh Ismail As. mencarikan batu sebagai pijakan. Pijakan kaki Nabi Ibrahim As. itulah sampai sekarang masih dapat disaksikan di sekitar bangunan Ka’bah. Selesai membangun Ka’bah, Nabi Ibrahim As. berdoa, “Ya Allah, terimalah amal kami dan jadikanlah kami berdua orang yang tunduk dan patuh kepada-Mu. Tunjukkanlah kami berdua cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, serta terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Maha Penerima Tobat dan Maha Penyayang.”

B. Hikmah Kisah Nabi Ismail As. 

1. Proses pencarian air yang dilakukan oleh Hajar dari Bukit Safa dan Bukit Marwah, diabadikaN oleh Allah Swt. dalam prosesi ibadah haji, yang disebut dengan Sa’i. Sa’i adalah berlari-lari kecil dari Bukit Safa ke Bukit Marwah yang berjumlah tujuh kali pada saat menjalankan ibadah haji atau umrah. 

2. Air yang keluar dari pijakan kaki mungil Ismail, disebut air zamzam. Air zamzam dan sumurnya hingga sekarang masih dikenal muslim di seluruh dunia. Air zamzam memberikan kehidupan pada masyarakat di sekitarnya dan masyarakat dunia.


3. Bangunan suci yang dibangun oleh Nabi Ibrahim As. dan Ismail bernama Ka’bah. Ka’bah merupakan kiblat kaum muslimin ketika mendirikan shalat, juga merupakan tempat untuk haji.


4. Tempat tandus yang ditinggali oleh Ismail As. dan Hajar, namanya Makkah. Tempat lahir seorang Nabi dan Rasul, sebagai penutup para nabi dan rasul, yaitu Muhammad saw.

C. Meneladani Perilaku Nabi Ismail As. 
Pelajaran yang dapat diambil dari kisah Nabi Ismail As. adalah sebagai berikut: 
  1. Nabi Ismail As. merupakan seorang anak yang taat kepada Allah Swt. Ketaatan beliau terlihat ketika Nabi Ibrahim As. memberitahukan adanya perintah Allah Swt. untuk mengurbankan Ismail, ia tidak menolak. Nabi Ismail As. patuh terhadap perintah Allah Swt. dan meminta ayahnya agar segera melaksanakan perintah itu. 
  2. Nabi Ismail As. merupakan anak yang berbakti pada orangtuanya. Beliau tidak membenci ayahnya, meskipun ketika bayi ditinggalkan di padang tandus. Nabi Ismail As. menyadari bahwa semua yang dilakukan ayahnya, Nabi Ibrahim As. merupakan perintah Allah Swt. yang wajib dilakukan. 
  3. Nabi Ismail As. selalu bersikap sopan dan santun kepada orangtuanya. Hal itu terlihat ketika ayahnya mengajaknya berdialog untuk melaksanakan perintah Allah. Ismail mengatakan dengan lembut kepada ayahnya bahwa itu merupakan ujian dari Allah Swt., agar ia termasuk orang yang saleh. 
Berdasarkan ketiga pelajaran tersebut, kita dapat mewujudkannya dalam kehidupan sehari- hari dengan berbuat sebagai berikut: 
a. Taat kepada Allah Swt. dalam keadaan senang maupun susah. 
b. Taat kepada orangtua karena ridha Allah Swt. tergantung pada ridha kedua orangtua. 
c. Semua perintah Allah Swt. harus kita laksanakan dengan ikhlas hanya karena Allah Swt. semata saja dan menerima semua risiko yang ditimbulkannya. 
d. Menyampaikan pesan harus dengan baik dan tidak memaksa. 
e. Menumbuhkan kesadaran dengan dialog lebih penting daripada dengan paksaan dan ancaman.

D. Menghormati Orangtua 

    Kisah Ismail mengajarkan kita banyak hal. Salah satunya kita tetap menghormati orangtua dalam kondisi apapun. Meskipun hendak dikurbankan oleh Sang Ayah Ismail tetap sayang dan hormat kepada kedua orangtuanya.  Berdasarkan kisah Ismail cara menghormati orangtua adalah: 

a. Membantu orangtua untuk dapat memenuhi perintah Allah 

b. Tidak membiarkan orangtua mengabaikan perintah Allah 

c. Mematuhi nasihat orangtua 

d. Menyanyangi orangtua 

e. Berperilaku sopan dan santun 

f. Berbicara yang lembut dan tidak berkata kasar kepada orangtua 

g. Selalu mendoakan orangtua 

h. Menyenangkan hati mereka.


Akhlak Terpuji

 A. Taat kepada Allah Swt. 

     Allah Swt. adalah Tuhan yang wajib disembah oleh seluruh makhluk yang ada di dunia ini. Alam semesta ini diciptakan oleh Allah Swt. untuk memenuhi kebutuhan manusia. Tanaman yang beraneka warna, berbagai macam buah-buahan dan semua hewan dan lingkungan ini diperuntukkan bagi manusia. Perhatian Allah Swt. terhadap manusia sungguh tiada terhingga. Allah Swt. memenuhi segala yang kita minta. Bahkan yang tidak kita minta pun Allah Swt. telah memenuhinya. Misalnya, kita tidak pernah berdoa kepada Allah Swt. agar ketika kita dilahirkan ke dunia nanti dilengkapi dengan pancaindra yang lengkap, tetapi Allah Swt. langsung memenuhinya. Masih banyak lagi rezeki dari Allah Swt. yang tidak mungkin kita sebut satu persatu.



    Bagaimanakah cara taat kepada Allah Swt.? Berikut beberapa perbuatan yang bisa kita lakukan sebagai ungkapan ketaatan kita kepada Allah Swt. dan rasa syukur atas karunia rezeki yang tiada terhingga:  

  1. Melaksanakan shalat di awal waktu, dan lebih utama jika dilaksanakan secara berjamaah   
  2. Menjalankan puasa, baik puasa Ramadhan maupun puasa sunnah 
  3. Berinfaq, bersedekah, dan menunaikan zakat 
  4. Selalu mengingat Allah Swt. dengan berzikir setiap saat, tidak hanya waktu selesai shalat 
  5. Mempergunakan rezeki yang diterima di jalan kebaikan yang diridhai oleh Allah Swt. 
  6. Berperilaku yang islami sesuai tuntunan Allah Swt. dan Rasul-Nya.

 

 Taat Kepada Rosul

Senin, 28 Maret 2022

Iman kepada Malaikat

 A. Pengertian Malaikat 

    Malaikat adalah makhluk yang diciptakan dari nur atau cahaya. Malaikat adalah kata jamak dari kata “malakun” yang berarti utusan. Malaikat adalah makhluk yang selalu patuh dan taat kepada Allah Swt. Malaikat selalu menjalankan perintah Allah Swt. dan tidak pernah melanggar larangan-Nya. Wujud malaikat gaib artinya tidak dapat diraba, dilihat atau dirasakan oleh panca indra manusia. Malaikat selalu patuh dan bertasbih kepada Allah Swt. Malaikat tidak berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. Malaikat memiliki akal tetapi tidak memiliki nafsu. Malaikat juga tidak makan dan tidak minum. 


Nama dan Tugas Malaikat


Asmaul Husna

 A. Al-Wahhaab (Allah Maha Pemberi Karunia) 

    Jika kita perhatikan isi alam semesta ini kita tak akan mampu menghitung jjumlahaneka ragam ciptaan Allah Swt. Di antara ciptaan Allah Swt. tersebut adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan dan tumbuhan. Mereka menempati seluruh penjuru dunia ini dilengkapi kebutuhan hidupnya oleh Allah Swt.. 

    Misalnya untuk manusia bernafas, Allah Swt. menyediakan udara yang mengandung gas oksigen dan karbondioksida. Untuk manusia minum, Allah Swt. telah menyediakan air. Untuk manusia makan, Allah Swt. menyediakan bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Untuk manusia melihat, mendengar, dan merasakan makanan, Allah Swt. melengkapi manusia dengan panca indera. Untuk keperluan menulis, manusia diberi tangan. Hal inilah yang membuktikan bahwa Allah Swt. Maha Pemberi Karunia. Sesuai dengan firman-Nya dalam al-Qur’an Surah Ṣad ayat 9: 

 اَمْ عِنْدَهُمْ خَزَاۤىِٕنُ رَحْمَةِ رَبِّكَ الْعَزِيْزِ الْوَهَّابِۚ

Artinya: “Atau apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Tuhanmu yang Maha Perkasa lagi Maha Pemberi?”. (QS. Ṣad [38]:9) 

    Melihat bukti tersebut di atas, kita harus sadar bahwa seluruh isi alam diperuntukkan bagi manusia sebagai karunia Allah Swt. yang tak terbatas dan pilih kasih. Sehingga manusia harus bersyukur atas karunia yang telah diterima, diantaranya dengan memperbanyak beribadah kepada-Nya dan dengan menjaga kelestarian alam agar tidak rusak dan punah.Allah diantaranya senantiasa akan memberi apapun yang dibutuhkan oleh hamba Nya sesuai dengan kehendak-Nya. Jika seorang anak meminta agar menjadi pandai, maka Allah Swt. akan mengabulkannya. Asalkan ia rajin dan bersungguh-sungguh dalam belajar. Begitu pula jika seseorang menginginkan agar usahanya berhasil, Allah Swt. akan memberinya kesuksesan asalkan ia rajin bekerja tanpa putus asa, insyaallah.

    Cara meneladani sifat Allah Swt. al-Wahhaab adalah dengan berbagi sebagian kelebihan yang kita punyai. Bagi yang punya ilmu, kita bisa mengajari teman yang belum paham tentang suatu hal. Tangan kita manfaatkan untuk membantuteman yang membutuhkan bantuan. Orang yang suka membantu orang yang memerlukan bantuan, Allah akan senantiasa membantunya. Keridhaan Allah Swt. dan kebahagiaan di akhirat juga akan menantinya.

 

Senin, 21 Maret 2022

Bersyukur

A. Pengertian Syukur Nikmat 
    Syukur nikmat adalah berterima kasih kepada Allah Swt. atas segala nikmat yang telah Allah Swt. berikan. Allah Swt. senantiasa mencurahkan nikmatnya kepada kita dengan bermacam-macam nikmat yang tidak dapat dihitung banyaknya. Seandainya daun-daunan yang ada di muka bumi ini dijadikan kertas, ranting-ranting dijadikan pulpen, dan air laut dijadikan tinta untuk menuliskan nikmat Allah Swt. yang kita terima setiap saat, niscaya tidak akan cukup untuk menulis jumlah nikmat Allah Swt. tersebut. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam al-Qur’an Surah an-Nahl ayat 18.

وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ 

Artinya: “Dan jika kamu menghitungnikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl[16]:18). Orang sering tidak menyadari akan nikmat Allah yang telah diterimanya. Ia tidak merasa diberi nikmat, padahal sangat luar biasa banyaknya nikmat Allah Swt. tersebut. 

 

Senin, 14 Maret 2022

Quotes

Ibuku

 Seorang ibu meninggal sebelum anaknya. Sang anakpun berdoa untuknya, lalu diangkatlah derajat ibunya di surga. Sang ibu terkejut dengan itu sembari bertanya, "Dari mana aku mendapatkan ini?!" Maka dijawab, "Dengan sebab istighfar anakmu untukmu."
Sebagaimana Nabi ﷺ  bersabda: Sesungguhnya Allah benar-benar akan mengangkat derajat hamba shalih di surga. Hamba itu bertanya, "Ya Rabb,  dari mana aku mendapatkan semua ini?" Maka dijawab, "Dengan sebab istighfar anakmu untukmu."
Kemudian sang anak meninggal setelah itu, dan derajat ibunya telah diangkat, lalu anak ini diikutkan pada ibunya di surga paling tinggi, sebagaimana firman Allah Ta'ala: 
وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِاِيْمَانٍ اَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ اَلَتْنٰهُمْ مِّنْ عَمَلِهِمْ مِّنْ شَيْءٍۗ
"Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka." [QS. Ath-Thur: 21]
Tatkala kita menadabburi ini, kita akan sadar bahwa ini adalah rahmat dari Allah.
Ya Allah, kumpulkan kami bersama ibu kami di Firdaus A'la.


Ulangan Akhir Semester

Password 12345   Memuat…